Pesawat Hercules C-130 Jatuh di Medan

Sabtu, 04 Juli 2015

Hercules C-130 milik TNI Angkatan Udara jatuh di kawasan Padang Bulan, Medan, Selasa (30/6), menimpa bangunan dan menewaskan lebih dari 100 orang. Pesawat yang dikemudikan Kapten Penerbang Sandy Permana itu menghujam bumi beberapa saat setelah lepas landas dari Landasan Udara Suwondo (dulu Bandara Polonia).

Jatuhnya Hercules tipe C-130 milik TNI AU itu bukanlah kejadian pertama. Sebelum ini, dua pesawat jenis serupa pernah mengalami kejadian yang sama. Dua kejadian tersebut dikenang sebagai Tragedi Condet dan Tragedi Magetan.
Tanggal 5 Oktober 1991. Setelah menyelesaikan tugas pada acara Hari Ulang Tahun ABRI ke-46 di Parkir Timur, Senayan, Jakarta, empat peleton Korps Pasukan Khas terbang menumpang Hercules C-130 milik Skuadron 31 menuju barak mereka di Bandung, Jawa barat.

Tak lama setelah lepas landas dari Lanud Halim Perdanakusuma, pesawat tersebut menukik tajam ke arah permukiman di daerah Condet. Pesawat yang dikemudikan Mayor Penerbang Syamsul Aminullah dan Kapten Penerbang Bambang Soegeng itu akhirnya menabrak gedung balai kerja latihan.

Kepala Staf Angkatan Udara ketika itu, Marsekal Siboem Dipoatmodjo, menduga pesawat yang dikemudikan perwiranya jatuh akibat kerusakan mesin. Faktor alam dinihilkan sebagai penyebab kecelakaan karena cuaca bagus saat itu.

Tercatat sebanyak 133 prajurit TNI Angkatan Udara kehilangan nyawa akibat kejadian itu. Dua korban lainnya merupakan warga sipil yang tertimpa badan pesawat.

Usai kecelakaan tersebut, Marsekal Madya Siboen mengambil kebijakan, seluruh prajurit yang menjadi korban jatuhnya pesawat C-130 akan dimakamkan dalam satu liang lahat besar di Taman Makam Bahagia, Pondok Aren, Tangerang, Banten.

Kesetaraan menjadi dasar kebijakan Siboen tersebut. Pada hari pemakaman, orang-orang penting di lingkungan militer hadir ke pemakaman, antara lain Panglima ABRI Jenderal Try Sutrisno, Menteri Pertahanan dan Keamanan Leonardus Benjamin Moerdani, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya Muhamad Arifin, dan Kapolri Letnan Jenderal Kunarto.

Delapan belas tahun berselang, pesawat Hercules C-130 TNI AU kembali jatuh. Terbang dari Lanud Halim Perdanakusuma, pesawat yang mengangkut 98 penumpang dan 14 kru itu jatuh ke area permukiman warga sebelum berhenti di atas sawah.

Lokasi kecelakaan berada sekitar 5,5 kilometer dari ujung landasan Lanud Iswahyudi, Magetan, Jawa Timur. Tercatat 98 orang yang berada di dalam pesawat meninggal, dan sedikitnya dua warga setempat juga kehilangan nyawa.

Serupa Tragedi Condet, cuaca di sekitar Lanud Iswahyudi berada dalam kondisi normal. Kerusakan mesin lagi-lagi diduga menjadi penyebab kecelakaan.

Terakhir di Padang Bulan, Medan, kemarin. Penduduk setempat mendengar gemuruh kencang sebelum pesawat Hercules C-130 meledak di udara, membuat langit berwarna oranye oleh kobaran api hebat. Hingga semalam, TNI AU merilis data jumlah korban tewas sebanyak 113 orang.
Tiga kecelakaan besar yang menimpa Hercules C-130 lantas merujuk pada usia pesawat yang uzur. Dibeli dari Amerika Serikat pada 1964, pemerintah RI sempat kesulitan memelihara burung-burung besi ini.

Perseteruan Indonesia dan Amerika Serikat terkait Timor Timur (kini Timor Leste) menyebabkan pemerintah negeri Paman Sam menutup keran penjualan alat utama sistem senjata (alutsista) bagi RI, termasuk berbagai suku cadangnya.

Persoalan Hercules tak cuma di situ. Akses warga sipil untuk menumpang pesawat ini juga dipersoalkan beberapa pihak. Dalam kejadian di Padang Bulan kemarin misalnya, sebagian besar korban merupakan keluarga prajurit yang berstatus warga sipil.

Kepala Staf TNI AU Marsekal Agus Supriatna membantah anak buahnya menjadikan Hercules sebagai ajang cari duit. Menurutnya, pesawat militer tidak mengangkut warga sipil, kecuali dalam kondisi tertentu seperti darurat bencana.

Presiden Jokowi pun hari ini, Rabu (1/7), memerintahkan Menteri Pertahanan dan Panglima TNI untuk menginvestigasi mendalam kecelakaan Hercules tersebut. Dia juga memerintahkan perubahan sistem pengadaan alutsista dan perkuatan sistem zero accident dalam penggunaan alutsista.

Berita Terkait: