Barcelona 4-0 Manchester City (21/10/2016)

Jumat, 21 Oktober 2016

Pertandingan yang paling ditunggu-tunggu berkesudahan dengan skor yang berat sebelah. FC Barcelona berhasil mengalahkan tamunya, Manchester City, dengan skor 4-0. Pertandingan yang menandakan kembalinya Pep Guardiola ke Camp Nou bersama City itu ternyata tidak berjalan sesuai rencana manajer asal Spanyol tersebut.

Kesebelasan asal Manchester tersebut dihantui dengan blunder demi blunder, hat-trick Lionel Messi, ditambah Claudio Bravo, yang juga kembali ke Camp Nou, yang harus diusir oleh wasit pada babak kedua. Sementara Neymar menambahkan bumbu pelengkap pada papan skor menjelang akhir laga.

Semalam, Luis Enrique sudah bisa memainkan semua pemainnya kecuali Jasper Cillessen dan Sergi Roberto. Secara mengejutkan, Javier Mascherano dipasang sebagai bek sayap kanan. Sedangkan Guardiola juga tidak kalah mengejutkannya dengan memainkan false nine, alias tidak memainkan penyerang alami.

Seperti yang sudah kami prediksi sebelumnya, Manchester City mengincar gol pertama dengan menekan Barcelona sampai ke posisi yang sangat tinggi di lapangan. Hal ini mereka lakukan dengan harapan bisa menekan Marc-Andre ter Stegen atau salah satu pemain belakang Barcelona untuk membuat kesalahan.

Tekanan City ini memaksa Ter Stegen untuk beberapa kali membuang bola melalui bola panjang, hanya sebatas "blunder" untuk menghasilkan operan yang gagal, tapi tidak membuahkan peluang bagi City.

Menekannya The Citizens juga bisa kita lihat dari grafis ball recovery (gambar 2 sebelah kanan) di mana mereka berkali-kali mampu mendapatkan bola di daerah pertahanan Barcelona.

Tekanan bertempo tinggi ini terus berlangsung dari kedua kesebelasan, namun memang City yang terlihat lebih ngotot dengan maksud mencuri gol pertama. Seperti tidak berpengaruh, Barcelona tetap bersabar untuk membangun serangan dari belakang. Seperti yang bisa dilihat pada gambar 3, Samuel Umtiti (bek tengah) tetap menjadi pemain yang sering mengoper bola dan mengawali serangan.

Posisi Mascherano sebagai bek kanan juga membuatnya sedikit merasa asing. Pemain yang berposisi alami sebagai gelandang bertahan ini terlihat tidak berani naik karena takut daerahnya dieksploitasi oleh Nolito.

Kebiasaan dari taktik Guardiola terlihat semalam, dengan kedua full-back-nya beberapa kali naik untuk mengisi posisi di depan dua bek tengah, dan di belakang double pivot yang semalam dimainkan oleh Fernandinho dan Ilkay Guendogan.

Taktik ini terlihat pada Pablo Zabaleta yang beberapa kali terlalu naik ke tengah, menciptakan ruang di sayap kanan City. Begitu juga Aleksandr Kolarov, tapi ia tidak naik sesering Zabaleta.

Satu hal yang menjadi ironis adalah padahal City sudah berhasil menutup jalur operan lini tengah Barcelona. Seperti yang bisa kita lihat dari gambar 3 di atas, jalur operan Barcelona hamper pasti ke sayap.

Ini juga yang menjadi alasan kenapa Guardiola memainkan false nine dan menyimpan Sergio Aguero. "Saya ingin satu gelandang tambahan di posisi [ujung tombak] itu dan itulah yang menjadi alasan kenapa dia [Agüero] tidak bermain," kata Pep setelah pertandingan.

Dengan alasan taktikal itu yang membuat lini tengah City mejadi padat. Hal ini juga yang menyebabkan City mampu mencatatkan 19 intersep (Barcelona hanya 7 intersep) di mana 11 di antaranya dicatatkan di lini tengah.

Kehilangan Bravo Membuat City Putus Asa

Dari dua pembahasan sebelum ini, bisa menunjukkan kalau City sudah berbuat sesuatu yang baik dengan menekan dan menutup jalur operan Barcelona. Namun, Barcelona juga sudah berbuat baik dengan meresponnya secara sabar dan konsekuen.

Pertandingan yang awalnya memiliki aroma taktikal yang kental antara Enrique dan Guardiola, pada akhirnya harus ternodai oleh beberapa insiden cedera, blunder, dan kartu merah.

Sebelum babak pertama berakhir saja Barcelona sudah melakukan dua pergantian pemain akibat Jordi Alba dan Gerard Pique yang menderita cedera. Satu yang mengecewakan, saat itu Barcelona sudah unggul 1-0 melalui gol Messi pada menit ke-17; dengan cederanya Alba dan Piqué (digantikan oleh Lucas Digne dan Jeremy Mathieu) ternyata tidak membuat Guardiola mengubah taktik, setidaknya lebih menyerang dengan memasukkan Aguero.

Aguero baru masuk setelah Bravo dikartu merah dan City ketinggalan 3-0. Kehilangan Bravo menjadi sorotan untuk City. Mereka seperti kehilangan dua pemain sekaligus karena keterlibatan Bravo dalam membangun serangan maupun sweeper-keeper.

Tadinya City yang memiliki 11 pemain yang aktif dalam permainan, dengan kartu merah Bravo malah membuat mereka tidak dapat berkutik lagi (meskipun memiliki peluang menembak). Kiper pengganti, Willy Caballero, dimasukkan menggantikan Nolito. Setelah itu City bermain dengan 4-1-3-1.

Selain itu, penjagaan ruang yang buruk di lini belakang membuat City harus kebobolan empat kali dan menderita satu pelanggaran yang menyebabkan penalti (meskipun sepakan penalti Neymar digagalkan oleh Caballero).

Pertandingan ini pada awalnya mencerminkan pertarungan taktikal dalam mendapatkan serta memanfaatkan ruang. Pada kenyataannya, superioritas bukan ditentukan melalui banyaknya jumlah gol atau seringnya penguasaan bola.

Semua gol adalah hasil blunder, insiden penalti juga blunder, dua kartu merahpun (satu lagi diterima oleh Mathieu yang mendapatkan dua kartu kuning berturut-turut pada menit ke-71 dan 73) blunder.

Pada gol pertama misalnya, Fernandinho yang terpeleset membuat Messi leluasa mendapatkan ruang dan waktu bahkan sampai sempat mengecoh Bravo; meskipun jika Fernandinho tak terpelesetpun kami tidak menjamin tidak akan terjadi gol.

Kemudian Bravo melakukan "penyelamatan" dengan tangannya di luar kotak penalti, yang mana berdasarkan peraturan adalah menghasilkan kartu merah langsung. Dengan keunggulan jumlah pemain, Barcelona semakin menguasai pertandingan.

De Bruyne kemudian kehilangan bola saat transisi, blunder ini yang mengawali gol kedua Barcelona. Back pass Gündoğan yang berhasil dicaplok oleh Luis Suárez menjadi blunder lainnya yang menghasilkan gol ketiga Barcelona.

Saat Mathieu dikartu merah (blunder juga) dan pertandingan terlihat seimbang dengan 10 pemain melawan 10 pemain, sudah terlanjur membuat City kesusahan karena teringgal 3 gol.

Insiden penalti berawal dari kurang sigapnya City dalam menutup ruang Messi di defensive third mereka; penalti disepak dengan tidak bagus oleh Neymar – blunder lainnya. Kemudian blunder terakhir diciptakan oleh pertahanan City lagi, saat itu Neymar berhasil mendapatkan ruang melalui dribelnya, melewati John Stones, dan membuat papan skor berubah menjadi 4-0.

Penonton netral seharusnya kecewa dengan pertandingan antara pemuncak klasemen sementara La Liga Spanyol menghadapi pemuncak klasemen sementara Liga Primer Inggris ini, pertandingan taktikal yang harus terganggu oleh cedera dan kartu merah, serta menghasilkan gol-gol dari blunder.

Hasil pertandingan ini tentunya membuat Guardiola harus memutar otaknya di sisa tiga pertandingan Liga Champions.

Berita Terkait: