Stan, Legenda Inggris yang Main Sampai 50 Tahun

Selasa, 26 Maret 2013

Di era ini rasanya mustahil melihat seorang pemain sepakbola berkarier hingga usia 50 tahun. Kompetisi dewasa ini sangat keras dengan permainan cepat. Sangat membutuhkan fisik prima. Sebab itu, melihat pemain seperti Ryan Giggs yang berusia 39 tahun saja, sudah merupakan pemandangan langka.

Tapi di era 1940-an hingga 1960-an Inggris punya pemain top yang masih kuat berjibaku di atas lapangan hingga umurnya 50 tahun. Media-media Inggris mempunyai julukan untuknya, ‘The Wizard of Dribble’.

Sir Stanley Matthews, pemain profesional pertama yang dapat gelar bangsawan ini, bermain di level profesional dari 1934-1965. Dengan rentang waktu sekira 33 tahun, Sir Stanley mengantongi 700 pertandingan di Liga bersama Stoke City dan Blackpoool, serta 84 caps di Timnas Inggris, dan dua caps di tim Inggris Raya.

Sir Stan memang bukan pemain biasa. Di atas lapangan dia terkenal sebagai pemain yang eksplosif dan bisa berlari kencang dalam jarak lebih dari 20 yards membawa bola.Karena itu ia dijuluki The Wizzard of Dribble”.

Kelebihannya yang lain ialah umpannya yang akurat. Banyak gol lahir dari kreasi serangan yang ia bangun.Hingga torehan assistnya lebih banyak dari gol yang ia buat. Kehebatan pemain kelahiran 1 Februari 1915 ini semakin lengkap dengan sikap ‘alim’nya di lapangan.Sepanjang karier, Si Stan belum pernah menerima kartu. Banyak yang menyebutnya sebagai “the first gentleman of soccer”.

Karier
Sir Stan mengawali karier sepakbola di Stoke City saat berusia 14 tahun, dan menjejaki sepakbola profesional pada 1932. Dua tahun kemudian, dia menembus skuad Timnas Inggris. Stanley kemudian pindah ke Blackpool FC pada 1947 dan bertahan selama 14 tahun.

Salah satu momen paling bersejarah ialah ketika Blackpool menjuarai FA Cup pada 1953. Ketika itu Sir Stan menjadi penentu kemenangan di menit-menit akhir dengan menjebol gawang Bolton Wanderers. Orang pun mengenang final itu sebagai The Matthews Cup Final.

Pada 1956, Matthew diakui sebagai pemain terbaik Eropa. Di tahun itu, penghargaan untuk permain terbaik Eropa baru pertama kali dilaksanakan.

Setelah membela Blackpool, winger kurus ini kembali ke Stoke City pada 1961 dengan kontrak berdurasi dua tahun. Di sini ia digaji 50 pounds per pekan, dua kali lipat dari gaji yang diterimanya di Blackpool.

Sir Stan sebenarnya kurang senang dengan proses transfer ini. Dia dilepas dengan banderol 3.500 pounds dan klub menyembunyikan masalah cedera lutut sang pemain kepada Stoke. Apalagi,manajemen klub mengeluarkan pernyataan yang bikin egonya mendidih.”Ingat sebagai pemain, kamilah yang menciptakanmu.”

Saat itu Stoke menghuni Divisi II. Kehadiran Sir Stan ternyata membawa tuah positif karena semusim kemudian Stoke kembali promosi ke liga tertinggi. Sir Stan lagi-lagi menancapkan sejarah dengan mencetak satu- gol musim itu di partai terakhir musim mengalahkan Luton Town 2-0.

Stan pun kembali dinobatkan sebagai pemain terbaik oleh asosiasi penulis sepakbola (Football Writers' Association Footballer of the Year). Penghargaan itu pernah dia terima 15 tahun lalu, saat penghargaan itu pertama kali diadakan.

Victoria Ground, markas Stoke City, kemudian benar-benar menjadi arena terakhirnya. Setelah mendapat gelar bangsawan pada 1965, Sir Stan memainkan sepakbola pamungkasnya, tepat lima hari setelah ia berulang tahun ke-50.

Sejumlah pemain besar pada masa itu seperti Lev Yashin, Alfredo di Stefano dan Karl-Heinz Schnellinger datang ke Stoke untuk ambil bagian pada laga testimonial yang digelar 28 April 1965. Sang legenda pun resmi gantung sepatu.Yang menarik, sebenarnya Sir Stan hanya memenangkan satu trofi sepanjang kariernya, yaitu pada final FA Cup 1953.

Mungkin satu-satunya yang disesali banyak suporter Stoke City, ialah kepergiannya ke Blackpool. Mereka meyakini bahwa Stoke sebenarnya bisa menjadi juara Divisi I pada 1947 anda saja klub tidak menjualnya ke Blackpool, ketika musim hanya menyisakan lima pertandingan lagi.

Setelah masa sebagai pemain habis, Sir Stan sempat mencoba-coba meniti karier sebagai pelatih di klub tempat kelahirannya Stoke-on Trent, Port Vale (kini main di League Two). Sayang kariernya tidak mulus. Dia hanya bertahan dua tahun setelah itu angkat kaki.

Di luar cerita heroiknya di atas lapangan hijau kehebatan Sir Stan, sebagai pemain ternyata ada yang luput dari perhatian publik dan media. Sang legenda ternyata pernah dipenjara di Belgia.
Catatan itu terungkap berdasarkan dokumen rahasia Kementerian Pertahanan yang menyebutkan Sir Stan dan rekannya Stan Mortensen, legenda Inggris lainnya, sempat ditahan setelah ketahuan menjual kopi dan sabun secara ilegal setelah pertandingan internasional di Belgia pada 1945 yang berakhir 3-2 untuk Inggris.

Mortensen dan Stan, kala itu sedang mengabdi di Royal Air Force, sebuah unit di Angkatan Darat Inggris pada perang dunia II. Saat peristiwa itu, Stan berumur 30 tahun dan berpangkat kopral.
Apa motif keduanya? Tidak pasti. Yang jelas, dalam catatan yang tersimpan selama 60 tahun itu, mereka mengaku hasil penjualan kopi dan sabun itu mereka belanjakan untuk membeli hadiah untuk istri mereka.

Sir Stan tutup usia pada Februari 2000, tiga pekan setelah ulang tahunnya ke-85. Para legenda seperti Bobby dan Jack Charlton, Gordon Banks, Tom Finney menghadiri pemakamannya. Diperkirakan sekira 10 ribu fans juga berjejer di sepanjang jalan saat iring-iringan jenazah dibawa. Abunya dikubur di bawah garis tengah Stadion Britania.

Sebagai penghormatan, Sir Stan dibuatkan sejumlah patung yang diletakkan di halaman stadion dan dua tahun setelah kepergiannya, Sir Stan dimasukkan ke dalam English Football Hall of Fame.

Berita Terkait:

Bola
Liga Inggris