Pavel Durov Pencipta Aplikasi Telegram

Minggu, 16 Juli 2017


Nama Pavel Durov kini ramai menjadi perbincangan di dunia maya, khususnya pasca aplikasi pesan pendek yang dia buat, Telegram, diblokir sebagian di Indonesia. Pemblokiran dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika pada Jumat, 14 Juli.

Menkominfo Rudiantara menjelaskan aplikasi pesan pendek itu kerap dijadikan alat oleh para teroris untuk berkomunikasi secara rahasia. Dia menemukan ada sekitar 17 ribu halaman di Telegram yang membahas mengenai penyebaran paham radikal, termasuk bagaimana cara merakit bom.

Pria yang kerap disapa ‘Chief RA’ itu paham bahwa salah satu alasan para teroris memilih berkomunikasi di Telegram, karena keamanannya yang sangat terjaga. Keamanan itu pula yang selalu didengungkan oleh Pavel kepada para penggunanya.

Bahkan, dia tidak segan-segan menolak permintaan pemerintah dari negara mana pun untuk membuka identitas pengguna aplikasinya. Kendati menjadi alat komunikasi favorit para teroris, tetapi Pavel tegas membantah bahwa dia dan timnya berteman dengan teroris.

“Kami bukan rekan dari teroris. Bahkan, setiap bulan kami memblokir ribuan public channel yang berkaitan dengan ISIS dan mempublikasikannya di channel @isiswatch,” tulis Pavel dalam channel resminya di akun Telegram pada Minggu, 16 Juli.

Siapa sebenarnya pria yang dijuluki Mr. Facebook asal Rusia ini?

Pavel Durov pendiri media sosial VKontakte

Pavel lahir di Leningrad, Rusia pada 10 Oktober 1984. Walaupun lahir di Negeri Beruang Merah, tetapi Pavel kecil lebih banyak menghabiskan waktu di Turin, Italia. Dia kembali ke Rusia di tahun 2001 dan menjadi mahasiswa filologi di Universitas St. Petersburg. Pria berusia 32 tahun itu masuk ke dalam jajaran mahasiswa yang lulus dengan nilai terbaik.

Di tahun 2006, Pavel bersama sang kakak Nikolai Durov, kemudian bekerja sama dan membuat media sosial pertama Rusia bernama VKontakte atau lazim disebut VK. Di saat pembentukan awalnya, Pavel mengaku terpengaruh dari konsep Facebook.

Tetapi, belakangan VK justru lebih populer di Rusia dibandingkan Facebook. Dari data yang dikutip dari laman Business Insider, jumlah pengguna aplikasi VK mencapai 350 juta orang dan berhasil menjadi perusahaan sukses dengan nilai mencapai US$ 3 miliar.

Saat itu, kekayaan yang dimiliki pun akhirnya melesat tajam dan diperkirakan mencapai US$ 260 juta. Sayangnya, di saat perusahaannya sudah mencapai kesuksesan, Pavel justru memilih mundur dari jajaran pemilik pada tahun 2014.

Dia memilih mundur usai dipaksa menjual 12 persen kepemilikan sahamnya kepada Ivan Tavrin, pemilik dari perusahaan internet besar di Rusia, mail.ru. Ivan diketahui memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Presiden Vladimir Putin. Jadi, tujuannya jelas agar Pemerintah Rusia bisa memonitor aktivitas warganya di media sosial.

“Kebebasan bagi seorang CEO untuk mengelola perusahaan telah menurun perlahan-lahan. Sangat sulit tetap bertahan dengan orang-orang yang berbeda prinsip dengan awal mula perusahaan ini dibentuk,” tulis Pavel dalam sebuah pernyataan yang diunggah ke laman VK pada tahun 2014 lalu.

Pavel Durov Kembangkan Telegram

Seletah resmi keluar dari VKontakte, Pavel Durov memutuskan pindah dari Rusia pada tahun 2014. Saat itu, negara tujuannya adalah New York, Amerika Serikat.

Di New York, ia mengembangkan suatu proyek rahasia yang tidak ia beberkan kepada siapa pun. Bahkan ketika salah satu media di Rusia bertanya mengenai proyek apa yang sedang ia kerjakan kala itu, Pavel hanya mengirimkan sebuah GIF yang diambil dari film ‘The Social Network’.

Dalam GIF tersebut, terlihat Presiden Facebook, Sean Parker memberikan jari tengah kepada investor. Proyek rahasia itu ternyata Telegram, sebuah aplikasi messenger yang dibuat sedemikian rupa, sehingga sulit untuk disadap oleh pemerintah atau badan intelegen lainnya.

Sejak awal membuat Telegram, Pavel dan timnya sudah berjanji akan menjaga kerahasiaan para penggunanya. Dia tidak akan bersedia untuk menyerahkan data-data para penggunanya kepada siapa pun termasuk pemerintah dari satu negara.

Pavel pun mengaku tidak mempermasalahkan jika aplikasi Telegram diblokir di beberapa negara antara lain Tiongkok, Iran dan Arab Saudi. Sebab, baginya, dari pada mengkhianati kepercayaan para penggunanya, lebih baik warga di negara tersebut tidak dapat menggunakan aplikasi besutannya itu.

Walau diblokir di beberapa negara, Telegram tetap laris digunakan dan angkanya telah mencapai 100 juta pengguna. Dia pun mencatat ada 12 miliar pesan yang dikirim melalui Telegram. Bahkan, kini pangsa pasar baru datang dari negara-negara di kawasan Amerika Latin.

Berita Terkait: