Brexit Menang, Inggris Keluar dari Uni Eropa

Selasa, 28 Juni 2016

Inggris memilih keluar dari Uni Eropa setelah 43 tahun, dengan perbandingan jumlah suara 52 persen dan 48 persen. Ketua Partai Kemerdekaan Inggris (UKIP), Nigel Farage, menyatakan hari ini, Jumat, 24 Juni 2016, sebagai hari “kemerdekaan” bagi Inggris.

Sebelum hasil voting keluar, Farage telah memprediksi kemenangan Brexit (Britain Exit) pada Kamis, 23 Juni 2016. “Kami telah berhadapan dengan banyak negara, bank-bank besar, kekuatan politik besar, juga melawan kebohongan, korupsi, dan penipuan. Saya berpikir sekarang kami akan menang.”

“Kami melakukannya tanpa berperang, tanpa mengeluarkan satu peluru pun. Ini semua berhasil berkat segala kerja kita,” ujar Farage.

Suara agar Inggris bertahan di Uni Eropa menang di London dan Skotlandia dengan persentase 60 persen total suara. Namun, di luar London, terutama di Inggris Utara, suara pro-Brexit unggul lebih banyak.



Meski Inggris kini menjadi negara pertama yang keluar, bukan berarti Inggris langsung kehilangan statusnya sebagai anggota persatuan 28 negara di Eropa tersebut.

Proses ini membutuhkan waktu setidaknya dua tahun. Selama kampanye, pihak pro-Brexit sudah menyatakan agar finalisasi selesai pada 2020, bersamaan dengan jadwal pemilihan umum selanjutnya di Inggris.

Referendum Brexit berdampak besar terhadap ekonomi Inggris. Untuk pertama kalinya nilai pound sterling jatuh 3 persen terhadap dolar Amerika Serikat sejak 1985. Penurunan terlihat saat suara pro-Brexit mulai unggul dalam penghitungan suara. Nilai pound sterling juga sudah turun sebesar 6,5 persen terhadap Euro.

Berita Terkait: