Li Na Petenis Asia Pertama Juara Grand Slam

Kamis, 09 Juni 2011

China telah membuat sebuah sejarah di dunia dunia melalui Li Na. Ketika sejarah itu tercipta, 116 juta warga negara tersebut turut menyaksikannya langsung lewat siaran langsung di televisi.

Menurut catatan stasiun televisi pemerintah, CCTV, saat Li Na mengalahkan Francesca Schiavone di final Prancis Terbuka minggu lalu, jumlah pemirsanya mencapai angka tersebut, dan menjadi event olahraga yang sejauh ini paling banyak ditonton orang China di tahun ini.

Angka itu mengalahkan momen sewaktu Li Na bertarung di final Australia Terbuka pada 29 Januari lalu. Kala itu Li Na pemain China pertama yang pernah menembus final sebuah turnamen Grand Slam mengalami kekalahan, disaksikan oleh 60 juta fansnya.

"Jumlah pemirsa untuk sejarah kemenangan Li Na di Roland Garros merupakan sebuah pertanda luar biasa untuk kelanjutan potensi perkembangan tenis putri di China," tutur ketua WTA, Stacey Allaster, melalui rilis yang dilansir Reuters.

Kemenangan Li Na di Prancis Terbuka tersebut menjadikan dia sebagai petenis China dan Asia pertama yang memenangi turnamen Grand Slam.

Li Na membuat sejarah baru. Dia menjadi petenis Asia pertama yang menyabet gelar Grand Slam di Prancis Open. Petenis China secara mengejutkan membekuk juara bertahan Francesca Schiavone.

Empat bulan lalu, Li Na mencatat sejarah menjadi petenis Asia pertama yang mampu lolos ke semifinal Grand Slam. Tapi kali ini di Roland Garos, dia tampil lebih baik dengan membekuk Schiavone, 6-4 7-6.

Tampil sebagai underdog, Li Na justru lepas saat menghadapi Schiavone. Di set pertama Li Na hanya butuh waktu 39 menit untuk membungkus kemenangan.

Memanfaatkan momentum kemenangan di set pertama, Li Na kembali on fire di set berikutnya. Dia unggul cepat untuk mendapat skor 2-0, 3-1 dan 4-2. Namun, Schiavone tak mau dipermalukan Li Na. Petenis asal Italia itu mencoba memberikan perlawanan.

Akhirnya, Schiavone memperkecil gap dengan Li Na dengan mendapatkan tiga game beruntun untuk mengubah poin menjadi 5-4 sekaligus memaksakan tie-break. Tapi, Li Na akhirnya bersorak gembira setelah sukses memanfaatkan kesalahan Schoavone.

“Francesca (Schiavone) adalah andalan di lapangan tanah liat, jadi saya hanya berusaha memainkan gaya sendiri dan membuatnya berlari,” kata Li Na selepas pertandingan.

“Dia petenis hebat dan Anda tak pernah tahu apa yang akan terjadi dan kapan dia kembali ke pertandingan, tapi ketika kami mendapat tie-break saya katakan kepada diri sendiri ‘ini kesempatan saya untuk memenangi pertandingan’” pungkasnya.

Berita Terkait:

Sports
Tenis