Satelit Telkom-3 Hilang, Kominfo Tuntut Penjelasan Rusia

Rabu, 08 Agustus 2012

Kementerian Kominfo yakin musibah hilangnya satelit Telkom-3 yang diluncurkan dari Baikonur Cosmodrome, Kazakhstan, akan diganti sepenuhnya oleh pihak asuransi mulai dari pembuatan hingga peluncuran dan pengoperasian satelitnya.

"Tetapi yang tidak bisa tergantikan adalah kemungkinan dapat mempengaruhi business plan pihak Telkom yang sudah berharap banyak dengan berbagai rencana pemanfaatannya," sesal Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo, Gatot S Dewa Broto, saat dihubungi, Selasa (7/8/2012).

Seperti diketahui, Satelit Telkom-3 yang dibangun oleh ISS-Reshetnev Rusia ini rencananya akan digunakan untuk menambah kapasitas seluruh layanan Telkom Group.

Dari 42 transponder yang tersedia, sebanyak 40-45 persen atau sekitar 20 transponder akan dikomersialkan. Adapun cakupan geografis satelit Telkom-3 mencakup Standart C-band (Indonesia dan ASEAN).

"Kita berharap akan segera ada pernyataan resmi dari pihak perusahaan di Rusia untuk mengatasi kekecewaan, tidak hanya Telkom tapi juga pemerintah Indonesia," tegas Gatot.

"Juga perlu ada pernyataan resmi dari Telkom untuk mengatasi hal itu supaya sahamnya tidak terkoreksi signifikan," paparnya lebih lanjut.

Hingga saat ini, Telkom selaku pemilik satelit masih terus berkoordinasi secara intensif dengan pihak Rusia. "Kami masih terus berkoordinasi dengan pihak ISS Reshetnev Rusia," jelas Head Of Corporate Communication and Affair Telkom Slamet Riyadi.

Telkom-3 bersama satelit Ekspress-MD2 yang menumpang roket milik pemerintah Rusia Proton-M, dikabarkan telah hilang setelah beberapa jam meluncur menuju slot orbitnya karena gagal dalam tahapan Briz-M.

Briz-M merupakan tahapan pelepasan tangki bahan bakar diikuti relokasi instrument pengarahan dari komando pusat dalam rangka menghindari goncangan ketika tangki tambahan propellant dilepas.

Menurut Russian Space Agency Roscosmos, pihaknya belum bisa memastikan jika kedua satelit tidak masuk orbit walau ada masalah dengan salah satu Briz-M.

Sementara media Rusia, RIA Novosti, menilai jika kedua satelit tersebut kemungkinan besar telah hilang. Hal ini berkaca pada pengalaman kegagalan Briz-M sebelumnya. Dimana hal serupa juga pernah terjadi pada satelit Ekspress-AM4, tahun lalu.

Mantan anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia, Heru Sutadi, menilai jika satelit sudah mengangkasa, ada kemungkinan bisa diselamatkan dengan dihidupkan powernya dan diarahkan ke orbitnya. Namun, risiko yang harus dihadapi adalah berkurangnya masa edar.

"Tetapi biasanya jika pun selamat, umurnya berkurang. Semoga perjanjian asuransi Telkom dengan pihak Rusia itu menanggung juga dampak bagi calon penyewa transponder," katanya.

Berita Terkait: